Jumat, 24 Mei 2013

STUDI KASUS


Kasus :
Hans adalah seorang anak yang baik. Selalu menurut apa kata orangtua. Ibu nya sangat beruntung mempunyai anak seperti Hans yang selalu berbakti kepada orang tua. Umur Hans 20 tahun. Hans mempunyai seorang pacar yang berkuliah di Bandung. Walaupun pacaran mereka Long Distance Relationship, tetapi hubungan mereka tetap berlangsung harmonis. Pacar Hans bernama Imah. Sering sekali Imah di ajak ke rumah Hans untuk bersilaturahmi dengan keluarga Hans yang berdomisili di Jakarta. Keluarga Hans juga menyambut baik Imah tak terkecuali sang ibu. Tak jarang pula, Hans berkunjung ke Bandung untuk menemui keluarga Imah.
Keluarga dari kedua belah pihak pun merestui mereka berpacaran. Orang tua Hans kagum dengan Imah karena Imah adalah anak yang berprestasi di ITB. Setelah 1tahun menjalin hubungan dengan Imah, Hans ingin merayakan anniversary 1st dengan memberikan surprise kepada Imah di Bandung. Ternyata dengan kedatangan Hans ke Bandung, Imah kaget karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya.  Hans pun menghadiahkan sebuah cincin perak pertanda bahwa hubungan mereka kea rah yang lebih serius. Imah pun kaget dan terharu. Tapi ada sesuatu yang ingin di bicarakan Imah kepada Hans di hari tersebut. Imah pun langsung berbicara kepada Hans dengan jujur, bahwa selama ini Imah tidak 100% sepenuhnya mencintai Hans.Selama kurun waktu setahun, hati Imah masih terbagi dengan Anto, mantan pacar Imah semasa SMA. Imah ternyata masih menyimpan hati dengan Anto, karena kenangan bersama Anto yang tak terlupakan. Hans pun geram. Apa yang dilakukannya untuk Imah terbilang sia-sia.
 Mendengar cerita dari Imah, Hans memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Imah. Tetapi Imah tidak ingin putus dari Hans, Imah butuh waktu untuk mencintai Hans sepenuh hati. Waktu setahun tidak cukup bagi Imah untuk melupakan Anto, mantan pacarnya dahulu. Hans tetap bersikukuh untuk putus. Dengan nada yang marah, Hans pun meninggalkan rumah Imah untuk kembali pulang ke Jakarta. Setelah kejadian tersebut, hubungan Hans dan Imah pun semakin renggang. Walau hubungan mereka telah kandas, Imah tetap ingin berhubungan baik dengan Hans sebagai teman. Hans pun menerima hal tersebut . Dan hubungan mereka pun beralih yang dahulu pacaran menjadi teman. Hubungan tersebut tak lama di dengar oleh ibu Hans. Ibunya tidak terima kalau Hans di perlakukan seperti itu oleh Imah. Karena sang ibu mengetahui kalau Hans sangat mencintai Imah. Setelah kejadian tersebut, Ibu Hans kurang suka kepada Imah. Hans dilarang oleh ibunya untuk bertemu kembali dengan Imah walaupun status hubungannya tidak berpacaran.  Hans juga dilarang bermain dengan teman-teman Imah, karena sang ibu takut berdampak buruk terhadap anaknya.
Dengan perlakuan ibunya terhadap Hans, pergaulan Hans dibatasi. Hans menjadi kesal. Hans tetap tidak mau terima keputusan dari ibunya dengan melarang berteman denga imah dan teman-temannya.
Ruang gerak dia untuk bermain di batasi oleh sang ibu. Sering sekali terjadi adu mulut antara Hans dan ibunya masalah Hans bergaul dengan khususnya dengan Imah dan temannya. Hal ini terjadi hingga bertahun-tahun. Imah pun mengetahui kalau ibunya Hans tidak suka lagi kepada dirinya. Hubungan pertemanan mereka semakin merenggang. Sudah lebih dari 2 tahun hal ini terjadi. Antara Hans dan ibunya pun masih terjadi perselisihan. Masalah pergaulan dengan teman-teman Hans tak kunjung usai. Ibunya terus mempermasalahkan hal tersebut. Hans seperti terkekang, seperti tak punya teman sekarang.
Hans juga harus cepat melupakan kenangan bersama Imah, karena sekarang Imah bukan lagi pacarnya. Ibu Hans juga merasa bersalah karena melihat anaknya seperti tidak punya teman dekat. Karena Hans lebih sering terlihat murung akhir-akhir ini. Perselisihan antara Hans dan ibunya setelah sekian lama, akhirnya di damaikan oleh ayahnya. Bapak Hans memberikan nasihat kepada istrinya untuk tidak membatasi ruang gerak anaknya dalam bergaul. Dan sang ayah menasehati anaknya untuk tidak lagi berselisih oleh ibunya. Kegagalan dalam menjalin hubungan itu adalah hal yang biasa khususnya dalam berpacaran, yang terpenting adalah Hans bisa kembali seperti semula dan mempunyai banyak teman. Setelah itu, ibunya sadar kalau apa yang dilakukan terhadap anaknya itu salah. Ibu Hans berbicara empat mata dengan Hans dan member ruang gerak Hans untuk berteman dekat dengan siapa pun asalkan tahu batas-batasan dan norma agama. Hans menyambut gembira mendengar ucapan dari sang ibu.
Hans juga meminta maaf atas perlakuan dirinya terhadap ibunya yang sudah 2 tahun lebih berselisih paham tentang pergaulan dirinya terhadap teman-temannya. Terutama dalam hal berpacaran, Hans di minta ibunya untuk berhati-hati dalam memilih dan bersikap. Akhirnya Hans dan ibunya dapat kembali menjalin hubungan baik layaknya hubungan ibu dan anak.

Komentar saya :
Saya sangat prihatin dengan kasus seperti ini, hanya dikarenakan sang ibu melarang anaknya bergaul dengan temannya, sang anak marah dan tidak mau berbicara dengan ibunya selama bertahun-tahun. Padahal ibu tersebut khawatir dan takut anaknya terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan demi kebaikan sang anak namun sang anak tidak mau mengerti.

Seharusnya sang anak bisa mengerti maksud ibunya dan coba mendengarkan nasihatnya demi kebaikannya, biar bagaimanapun ibu adalah seorang yang melahirkan kita, mengayomi kita dari kecil dengan kasih sayang lebih mengerti kita oleh karena itu kita harus menghormatinya bukannya malah membela teman dekat. Apabila memang sang ibu salah kita bisa buktikan dan tunjukkan bahwa perkataan sang ibu salah bukannya malah berakhir dengan pertengkaran.

Solusi untuk kasus ini :
·         Peranan orang ketiga (ayah, saudara) untuk menasehati sang anak secara baik-baik tanpa emosi maksud tujuan sang ibu bertindak seperti itu.
·         Menciptakan suasana kekeluargaan lalu membahas masalah ini bersama-sama di ruang keluarga.
·         Sang ibu berusaha lebih dekat dan mengerti maksud sang anak apabila sang anak tetap kukuh tidak ada yang salah dengan pertemanannya lalu membuktikannya sendiri.
·         Sang anak juga berusaha meluluhkan hati ibunya dan membuktikan secara baik-baik dan dengan hormat apabila yakin dirinya benar.
·         Yang pasti prasangka buruk akan selalu membawa masalah, oleh karena itu fakta yang nyata menjadi solusi yang terbaik
·         Apabila fakta telah terungkap, salah satu pihak yang salah harus mengakui dirinya salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar