Senin, 24 Juni 2013

Merry Riana, dari Mahasiswa Kere Jadi Motivator Beken

Siapa yang menyangka jika seorang mahasiswa kere kini menjelma menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat luas atas kesuksesannya yang luar biasa? Di usianya yang masih muda, Merry Riana telah merasakan sukses baik dari segi finansial maupun sosial.

Kesuksesan yang diraih Merry tidak datang begitu saja. Perjuangan gigih dilakukan ibu dua anak itu walaupun berada di negeri orang. Keteguhan tekad dan kerja keras yang dijalaninya pun terbayar dengan uang USD1 juta yang diraih ketika berusia 26 tahun.

Namun, untuk mewujudkan mimpi tersebut, wanita yang akrab disapa Miss Merry itu juga pernah mendapat tentangan dari orangtua. Namun, setelah melakukan penawaran, Merry pun mendapat restu.

"Dulu orangtua saya tidak setuju. Lalu saya minta limit tiga bulan. Kalau tidak berhasil, saya akan mengikuti apapun keinginan orangtua tapi kalau berhasil jadi pembuktian saya bagi orangtua. Dan itu mampu saya buktikan baik bagi diri sendiri maupun orangtua," papar Merry saat peluncuran buku Follow @Merryriana di Gramedia Central Park, akhir pekan ini.

Keberanian Merry mengejar mimpi mengharuskannya berada di luar zona nyaman. Keputusan itu diambilnya berdasarkan keinginan untuk terus berkembang. Sebab, berada di zona nyaman membuat segala hal mudah ditebak.

"Sadari dampak terus berada di zona nyaman. Karena menurut saya, tidak ada pertumbuhan dalam zona nyaman, sementara saat hidup kita harus selalu bertumbuh," ungkapnya.

Saat memulai usahanya di Singapura, kala itu Merry harus terjun sendiri ke lapangan demi membagi-bagikan brosur. Pengalaman ditolak dan dicemooh orang tidak membuatnya berhenti untuk terus bekerja dengan keras.

"Saya punya prinsip, kerja bukan untuk gengsi dan gaya. Saya kerja untuk berjuang demi mimpi saya. Selama halal dan baik, saya kerjakan sepenuh hati saya. Saat gagal, kekuatan mental diuji dan saat sukses kerendahan hati kita yang diuji," urai motivator nomor satu di Asia itu.

Keinginan Merry untuk hidup mapan sebelum usia 30 tahun sudah tercapai. Lantas apa sebenarnya mimpi besar lain yang belum diraih? Apa alasan Merry kembali ke Tanah Air sementara kehidupannya sudah berkecukupan.

Jawabannya sederhana, wanita kelahiran Jakarta, 30 Mei 1980 itu hanya ingin berbagi. "Nyaman adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan kehidupan saya di Singapura. Ini semua berawal dari sebuah mimpi, yakni ingin mapan sebelum umur 30 tahun. Karena hidup sudah enak, semangat kendur. Di usia 30 tahun, saya pun punya mimpi ingin memberikan semangat positif kepada satu juta orang Indonesia," kata Merry.

Jebolan Nanyang Technological University (NTU) itu tidak pernah bercita-cita dan diakui sebagai seorang motivator atau inspirator. Selama ini, dia mengaku hanya ingin berbagi pengalaman hidupnya. Merry percaya, jika dia bisa melewati masa sulitnya dulu, maka orang lain pun bisa.

"Perasaan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Awalnya hanya aspirasi jadi inspirasi dan kemudian dapat apresiasi. Berbuat sesuatu tidak harus sesuatu yang besar. Sekecil apapun langkah Anda, akan membawa Anda dalam perubahan. Perubahan itu akan menjadikan pribadi yang lebih baik setiap harinya," imbuhnya.

Meski demikian, sebagai seorang manusia biasa, Merry mengaku juga pernah mengalami suatu titik jenuh. Ketika keadaan itu datang, catatan mimpi dan ingkungan berisi orang-orang yang mendukung menjadi obat untuk kembali bersemangat.

Terakhir, Merry berpesan agar setiap orang tidak takut untuk melakukan perubahan. Tidak harus dalam skala besar tapi bisa dilakukan dalam bentuk yang sederhana. "Jika belum bisa melakukan hal besar, lakukan hal kecil dengan jiwa yang besar," tutup Merry.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar