Memilih-memilih kampus yang berkualitas benarkah cuma
sekadar gengsi saja? Itu lah pertanyaan yang berputar di benak beberapa
mahasiswa-mahasiswi dari berbagai daerah kampus swasta usai mencari-cari
perguruan tinggi negeri (PTN).
Mahasiswi Universitas Nasional (Unas) Lusinta membeberkan adanya dua sisi negatif dan positif tentang kegengsian mahasiswa terhadap pemilihan kampus swasta.
"Mahasiswa yang gengsi melihatnya dari yang keren-keren karena dia tidak melihat dari kampus-kampus yang berkualitas, sikap gengsi harus dihilangkan. Tujuannya untuk apa kuliah? Ketika mempunyai skill yang menonjol, mau kampus yang bagus dan jelek sekali pun akan berkembang dengan dirinya sendiri. Gengsi itu untuk bergaya saja, dia enggak mau dilihat dari teman sebaya dan lingkungannya rendah," kata mahasiswi yang berdomisili di Cempaka Putih itu, saat dihubungi Okezone, Sabtu (22/6/2013).
Lanjutnya, segi positifnya, apabila ada mahasiswa yang gengsi dalam memilih kampus swasta, yakni mereka tidak hanya sekadar main-main.
"Dari segi positifnya mahasiswa memilih kampus yang mewah itu karena fasilitasnya bagus, kualitas pendidikannya juga, UKMnya menarik, fasilitasnya memadai, banyak pilihan-pilihan dari berbagai minat penjurusannya," tukasnya.
Hal senada disampaikan mahasiswi Bina Sarana Informatika April Liana. Dia mengungkapkan pemilihan kampus semua dari diri sendiri, karena kampus yang punya nama besar tidak berpengaruh apa-apa.
"Tergantung dari diri sendiri, enggak ngaruh dengan kampus yang menang nama, yang penting dari diri sendiri, kuliah untuk belajar, mencari ilmu, menambah wawasan, bukan buat nampang," cetus mahasiswi semester 4 itu.
Namun berbeda dengan yang diungkapkan Yudhi Pri Setiawan. Mahasiswa mahasiswa Universitas Pasundan, Bandung itu berpendapat jika punya cukup uang untuk kuliah di universitas mahal tidak masalah. Asalkan jangan dari keluarga yang kurang mampu untuk memaksakan diri untuk masuk kuliah di kampus mahal.
"Kalau menurut saya, tahu diri sendiri, kalau orangtuanya mampu yah enggak apa-apa. Sekarang intinya, kalau ada duit kenapa enggak? Ada harga yang jauh lebih mahal kenapa tidak?" tutupnya.
Mahasiswi Universitas Nasional (Unas) Lusinta membeberkan adanya dua sisi negatif dan positif tentang kegengsian mahasiswa terhadap pemilihan kampus swasta.
"Mahasiswa yang gengsi melihatnya dari yang keren-keren karena dia tidak melihat dari kampus-kampus yang berkualitas, sikap gengsi harus dihilangkan. Tujuannya untuk apa kuliah? Ketika mempunyai skill yang menonjol, mau kampus yang bagus dan jelek sekali pun akan berkembang dengan dirinya sendiri. Gengsi itu untuk bergaya saja, dia enggak mau dilihat dari teman sebaya dan lingkungannya rendah," kata mahasiswi yang berdomisili di Cempaka Putih itu, saat dihubungi Okezone, Sabtu (22/6/2013).
Lanjutnya, segi positifnya, apabila ada mahasiswa yang gengsi dalam memilih kampus swasta, yakni mereka tidak hanya sekadar main-main.
"Dari segi positifnya mahasiswa memilih kampus yang mewah itu karena fasilitasnya bagus, kualitas pendidikannya juga, UKMnya menarik, fasilitasnya memadai, banyak pilihan-pilihan dari berbagai minat penjurusannya," tukasnya.
Hal senada disampaikan mahasiswi Bina Sarana Informatika April Liana. Dia mengungkapkan pemilihan kampus semua dari diri sendiri, karena kampus yang punya nama besar tidak berpengaruh apa-apa.
"Tergantung dari diri sendiri, enggak ngaruh dengan kampus yang menang nama, yang penting dari diri sendiri, kuliah untuk belajar, mencari ilmu, menambah wawasan, bukan buat nampang," cetus mahasiswi semester 4 itu.
Namun berbeda dengan yang diungkapkan Yudhi Pri Setiawan. Mahasiswa mahasiswa Universitas Pasundan, Bandung itu berpendapat jika punya cukup uang untuk kuliah di universitas mahal tidak masalah. Asalkan jangan dari keluarga yang kurang mampu untuk memaksakan diri untuk masuk kuliah di kampus mahal.
"Kalau menurut saya, tahu diri sendiri, kalau orangtuanya mampu yah enggak apa-apa. Sekarang intinya, kalau ada duit kenapa enggak? Ada harga yang jauh lebih mahal kenapa tidak?" tutupnya.
referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar